Enola and My Childhood

photo by pinterest

 

ENOLA HOLMES, udah pada nonton ya?

Gimana kalian suka gak ceritanya? Aku baru nonton yang pertama. Sebenarnya udah tahu filmnya dari dulu tapi waktu itu lagi skripsh*tan jadi gak sempet nonton, terus lupa deh. Baru setelah tayang yang kedua inget buat nonton yang pertama dulu. 

 

Review Enola. Enola Holmes I, ini film yang keren banget menurutku, dalam penyampaian pandangan feminismenya bisa diterima logika dan tidak terkesan berlebihan gitu, dan penyampaiannya gak yang serius banget. Disini ada adegan dimana Enola terselamatkan dari serangan lawan karena dia memakai korset yang biasa dipakai wanita inggris. Padahal Enola bukanlah wanita yang tertarik dengan gaya berpakaian wanita inggris pada umumnya, tapi dia harus memakai pakaian itu untuk bersembunyi dari kedua kakaknya. But look, dalam adegan ini seperti memberikan gambaran walaupun alur cerita dalam film ini tentang feminisme, film ini tetap memberikan kesan bahwa memakai pakaian seperti wanita inggris pada umumnya bisa juga bermanfaat.

Masih Review Enola. Cerita Enola yang menurutku sangat realistis ini terlihat lagi dari penggambaran tokoh Enola. Enola merupakan tokoh utamanya tapi dia digambarkan sebagai tokoh yang gak seratus persen sempurna, bukan yang selalu menang lawan musuhnya, tapi disini dia digambarkan sebagai remaja yang sedang berproses dan selalu belajar dari segala hal yang sudah diajarkan ibunya. Dari sini kita juga bisa diajak untuk kembali belajar dan memahami bagaimana cara berproses, bagaimana cara mengaplikasikan value yang sudah kita dapat. Enola yang masih remaja beberapa kali memperlihatkan sisi remajanya dimana dia penuh dengan gairah yang menggebu dan bertindak dengan rencana yang belum matang, tapi memiliki tekad dan keberanian. Hal ini identik banget dengan remaja. Terus paling berkesan banget waktu dia memiliki rencana untuk mencari ibunya, tapi dia dihadapkan dengan kondisi dimana Pangeran Tewkesbury yang sedang terancam nyawanya. Kalau Enola menolong pangeran, rencana yang sudah disusun akan berantakan, disini digambarkan pergolakan batin Enola. Akhirnya Enola lebih memilih menolong pangeran, walaupun rencana untuk mencari ibunya harus berubah. Dari sinilah perjalanan detektif Enola berawal.

 

photo by pinterest

"Those Who Can Turn To Others When They're In Need Are The Truly Brave Among Us."

 

Enola, adalah anak perempuan yang dibesarkan oleh ibunya seorang diri. Ayahnya sudah meninggal, dan kedua kakak laki-lakinya pergi merantau. Ibunyalah yang berhasil membentuk karakter Enola yang sekarang. Mengajarkan Enola membaca berbagai macam buku, setiap pagi dia selalu dimulai dengan membaca buku sejarah, dan dilanjutkan dengan kegiatan berolahraga yaitu bela diri. Sehingga Enola tumbuh menjadi gadis yang cerdas dan pandai bela diri. Seakan ibunya telah menyiapkan Enola untuk bisa hidup didunia ini, ibunya sudah menyiapkan segala bekal untuk Enola. Setelah nonton jadi inget, kalau aku sama Enola itu sama. Sama-sama anak ketiga perempuan, ayahnya telah meninggal, dibesarkan oleh ibu, dan kedua kakak laki-laki yang pergi merantau.

 

Aku masih duduk dibangku sekolah dasar kelas 5, waktu itu. Setelah ayahku meninggal, ibuku mengalami trauma, dan begitu juga aku, bahkan sempat ingin pindah rumah kala itu. Keinginan itu dilatar belakangi oleh rasa tidak nyaman dan tidak tenang setelah kepergian ayahku. Aku takut untuk memakai baju yang sama dengan baju yang aku pakai ketika ayahku meninggal, aku selalu merasa takut untuk kehilangan. Setiap malam aku bermimpi dan aku akan merasa ketakutan sendiri tentang apa arti dari mimpiku itu. Aku takut kalau ternyata mimpiku memberikan isyarat tentang hal buruk yang akan terjadi dengan keluargaku. Saat itu aku tidak berani bercerita dengan ibu tentang kondisiku, karena aku tahu ibu juga merasakan hal yang sama. Untungnya kami memiliki bude (kakak dari ibuku) yang selalu memberikan support dan dukungan pada kami. Setiap sore ibu mengajakku kesana, disana ibu banyak bercerita tentang keresahan, dan aku mendengarkan itu semua, dari situ aku tau ibuku sedang tidak baik-baik saja. Entah dapat kekuatan dari mana aku merasa bahwa harus memberi ibuku kekuatan, dengan cara menunjukkan kalau aku baik-baik saja, aku banyak mengajak ibuku berbicara, sampai hal-hal yang tidak penting pun aku tanyakan, aku berusaha untuk selalu ceria dan banyak bicara dirumah yang hanya dihuni bersama ibuku. Sampai pada suatu saat Ibuku bilang, “kita gak usah pindah rumah ya, disini aja ini kan rumah kita sendiri jadi gak usah takut”. Aku memeluk ibuku dari belakang karena kita sedang perjalanan pulang naik motor dari rumah budeku. Aku jawab dengan penuh ceria “iya gak papa aku gak takut kok di rumah”. Dalam hati aku bertekad untuk berani, karena entah mengapa kata-kata dari ibu terdengar seperti orang yang masih sakit tapi sedang memaksakan untuk segera sembuh, menutup semua lukanya dengan paksa. Mungkin memang harus begini supaya kita cepat sembuh.

 

Dari sinilah awal mulai kehidupan kami kembali bangkit. Ibuku benar-benar wanita yang tangguh. Banyak hal yang harus ia tanggung, dan pikirkan sendiri. Dia punya pandangan yang selalu lebih maju dibandingkan dengan orang-orang disekitarnya. Orang yang selalu bisa bangkit dan kembali menjadi kuat untuk menjalani kehidupan ini. Aku melihat dengan mata kepalaku sendiri betapa kerasnya perjuangan ibu untuk keluarga kami.Hal terpenting yang diajarkan oleh ibu adalah agama dan pendidikan. 

 

Agama dan pendidikan merupakan fokus utama dalam mendidikku. Ibu mencarikan tempat bimbingan belajar yang paling baik, bahkan saat aku ditolak untuk belajar disitu dengan alasan yang tidak logis, ibuku memperjuangkannya hingga aku bisa diterima disana. Pendidikan agama, aku harus tetap pergi ke TPQ (Tempat Pembelajaran Alquran) walaupun aku ada kegiatan bimbingan, ibuku siap mengantar jemput jika diperlukan. Makananku dijaga dengan baik oleh ibu, karena waktu itu jadwalku padat (sekolah, bimbingan di sekolah, bimbingan di luar sekolah, TPQ), padahal kami tidak dalam kondisi ekonomi yang baik. Setiap habis sholat magrib aku harus mengaji lagi di rumah. Kalau aku bolos mengaji ibu akan mengejar alasanku kenapa tidak mengaji, seakan mengaji sudah menjadi amalan wajib bagiku saat itu.

 

Semua hal yang dilakukan ibuku saat itu, ternyata sangat membantu diriku saat ini. Aku baru sadar sekarang apa tujuan ibu melakukannya, yaitu karena kami dalam kondisi tidak punya apa-apa, dan yang bisa mengangkat kondisi kami hanya pendidikan dan ilmu agama. Bahkan tanpa ku ketahui, Ibu sudah mempersiapkan segala keperluanku sampai aku kuliah, ibu sudah punya tabungan untuk memenuhi segala kebutuhan yang harus dikeluarkan untuk pendidikanku.  SMP aku di SMP terbaik, SMA aku mengambil SMA dengan predikat tiga terbaik di kotaku, dimana aku tidak memiliki satupun teman yang diterima disana, hanya aku yang diterima di sana dari SMPku. Perguruan tinggi dimana jarang orang yang melanjutkan pendidikan sampai perguruan tinggi di daerahku tapi ibuku sudah menyiapkannya untukku.

 

Diremehkan. Single parent, membesarkan anak dengan berjualan, dan punya cita-cita memberikan pendidikan hingga perguruan tinggi. Perguruan tinggi merupakan hal yang langka saat itu di daerahku. Ada yang bilang “anaknya mau SMA, kalau SMA cari kerja susah, enakan SMK aja cepet dapat kerja. Kalau SMA harus kuliah dulu, kuliahkan mahal. emang bisa?”. Ibuku dengan santa menjawab “anak kuliah lulus belum dapat kerja banyak kok, anak lulus SMA susah cari kerja ya wajar berarti, rejeki udah ada yang ngatur. Kamu gak usah ngatur rejekinya orang”. 

 

photo by pinterest

“Paint Your Own Picture, Enola. Don't Be Thrown Off By Other People”

 

Kebebasan, merupakan salah satu privilege yang diberikan ibuku. Walaupun ibu sangat peduli terhadap pendidikanku tapi tidak pernah sekalipun memaksakan kehendaknya kepadaku. Aku dibebaskan untuk memilih sekolah dan bidang yang aku mau, dan memberikan kepercayaan sepenuhnya kepadaku, walaupun aku tahu ibu memiliki impian untuk anaknya menjadi dokter. Tapi karena aku merasa tidak sesuai dengan bidang itu aku mengatakannya dan ibu setuju dengan keputusanku. Ibu orang yang tegas dan kuat, tapi sangat lembut dan penuh cinta dalam membesarkanku. Kita sama-sama orang yang cengeng dan mudah berempati. Hal kecil kadang sering membuat kita menangis, bahkan kita bisa marah, ngomel sambil menangis.

 

Cinta. Dari ibuku aku belajar banyak tentang cinta dan kesabaran. Sebagai wanita tentu ibuku memerlukan sandaran dan tempat untuk bergantung, tapi semenjak ayahku meninggal ibu melakukan semuanya sendiri. Berdiri dengan kakinya sendiri, aku tahu itu pasti berat, tidak memiliki teman untuk bercerita. Maka sejak saat itu aku berusaha untuk menjadi tempat yang nyaman untuk ibu berbagi cerita. Mendengar segala keluh kesah ibuku, dan berlagak kuat didepan ibu, karena ibu tidak akan berbagi cerita denganku jika itu akan mengganggu pikiranku.  Itulah sebabnya, Ibu selalu berdoa semoga aku mendapatkan pasangan yang bisa menemaniku sampai kakek dan nenek kelak kami selalu bersama dan saling mendukung, aamiin. 

 

Sudah banyak ku lihat bagaimana perjuangan ibuku, bagaimana dengan kesabarannya menghadapi dunia yang keras ini. Alasanya hanya satu untuk ibuku bertahan yaitu, cinta. Cinta untuk anak-anaknya, karena mungkin ibuku tahu kalau aku  sangat bergantung padanya, dan juga mungkin ibuku menaruh harapan pada masa depan anaknya. Ibuku sedang berjuang untuk menciptakan lingkungan yang baik untukku, sehingga pengorbanan yang ibu buat tidak dirasa lelah olehnya.

I hope to make you proud

 

 

ps: tau gak sih aku nulis ini sambil nangis, hasbi ini mau telepon ibu aku 

 

chocolate

November 20, 2022

 

0 komentar

Diberdayakan oleh Blogger.

Hai Chocolate

Pinterest by muslimah  🍀 Hai Chocolate   “Congrats, kamu sudah bisa melewati banyak hal di awal tahun ini” Melewati ya, bukan berarti s...

Translate