Live In The Present Moment

Sering dengar orang bilang "Hadapi masalahmu dan kamu akan jadi kuat", tapi ternyata menghadapi masalah tidak semudah itu. Sering kali merasa takut dan cenderung terburu-buru untuk menyelesaikan masalah supaya hidup menjadi tenang. Sifat buru-buru ini yang terkadang menjadi batu sandungan yang besar di masa depan kelak, karena kita tidak berfikir secara matang terhadap solusi yang mau kita ambil. Kita hanya berfokus untuk segera menyelesaikan masalah. Maka ketika masalah selesai yang kita dapat hanyalah rasa bangga karena terbebas dari masalah, tidak ada value yang kita dapatkan.

 

by: pexels

Maka “Terima masalahmu, maka kamu akan belajar sesuatu” menurutku ini terdengar lebih baik. Proses menerima kenyataan yang sedang terjadi saat ini adalah suatu proses perdamaian yang bisa memberikan kita kesempatan untuk berpikir rasional, apalagi untuk kenyataan yang tidak sesuai dengan keinginan kita. Saat kita mampu menerima kenyataan yang ada, kita akan hidup jauh lebih tenang, menyelesaikan masalah dengan pikiran yang jernih sehingga, keputusan yang akan kita ambil merupakan hasil dari pemikiran yang matang. Pikiran kita juga diberi kesempatan untuk memaknai setiap hal yang terjadi, yang akhirnya kita dapat belajar dari semua proses yang kita lalui dengan tidak tergesa-gesa.

 

Proses penerimaan kenyataan bukanlah sesuatu yang mudah. dibutuhkan kematangan emosional yang baik. Kematangan emosional menurut Yusuf (2001) dalam bukunya yang berjudul Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja merupakan kemampuan bersikap toleransi dan merasa nyaman dengan diri sendiri, serta kemampuan untuk mengontrol diri dan mempunyai perasaan menerima diri sendiri juga orang lain, dan memiliki kemampuan individu untuk mampu menyatakan emosi secara konstruktif sekaligus kreatif. Pertambahan usia dan tingkat kematangan emosi individu berjalan beriringan, namun individu yang matang secara usia dan fisik belum tentu secara otomatis matang secara emosional. Kondisi inilah yang mungkin sering kita rasakan saat masa transisi. Masa transisi dari anak-anak menuju remaja, dari remaja menuju dewasa, dan lain-lain.

 

Itulah yang saat ini aku rasakan juga.

Saat ini dimana beberapa teman sudah memasuki tahap baru dalam hidupnya. Menikah dan karir yang bagus. Okay, pertama aku ingin bahas mengenai karir. Saat ini aku sudah bekerja dengan penghasilan yang standar UMR. Aku bisa memenuhi segala kebutuhan diriku sendiri, dan bisa membantu keluargaku, walaupun masih struggle dengan mengelola keuangan (untuk tabungan, dan wishlist lain-lainnya). Aku sudah merasa bersyukur dengan pekerjaanku saat ini, tapi jujur masih ingin berkembang lagi. Sejujurnya saat ini ingin melanjutkan pendidikan master di kampus dan negara yang sudah menjadi impianku sejak lama, tapi untuk persiapannya ternyata butuh waktu dan energi juga, karena jujur aku merasa tidak maksimal dalam persiapannya. Dilain sisi aku sebenarnya masih ragu dengan apa yang aku inginkan setelah lanjut kuliah lagi, sekarang aku merasa sedang dalam persimpangan jalan, dimana aku harus memilih karir atau melanjutkan pendidikan kembali. Semakin lama aku berfikir aku selalu merasa terlalu lama buang-buang waktu. Jika mau jujur aku ingin melanjutkan pendidikan kembali, aku merasa memiliki misi yang belum terselesaikan dan masih membuatku penasaran.

 

Jangan membunuh mimpi karena mimpi tak pernah mati. Dia hanya akan pingsan dan bangun lagi ketika kamu sudah tua dalam bentuk penyesalan” _Pandji Pragiwaksono

 

by: pexels

Penyesalan adalah hal yang paling aku takutkan, apalagi penyesalan yang disebabkan oleh diriku sendiri. Tahun 2016 adalah tahun dimana aku merasa sangat menyesal dan marah pada diriku sendiri, saat itu aku gagal masuk tes kedinasan, dan setelah melakukan introspeksi diri aku tahu dimana letak kesalahannya. Iya, ada pada diriku sendiri. Aku terlalu banyak menyia-nyiakan waktu untuk belajar, dan saat itulah aku merasa sangat marah pada diriku. Semoga kali ini aku tidak mengulanginya lagi. Semoga aku bisa apply tahun depan, setidaknya aku harus sudah mencoba

 

Okay, masalah kedua adalah. Menikah. Tentu saja aku ingin menikah, ingin menemukan pasangan yang bisa menjadi partner dalam segala hal untuk seumur hidup. Tempat berbagi dan bercerita tentang bagaimana hari ini, apa saja yang kami lakukan hari ini. Partner yang bisa saling mendukung satu sama lain, dan yang paling penting menjadi rumah ternyaman. Namun, untuk saat ini belum menemukannya. Bukan karena fokus akan karir juga, karena love relationship bisa dilakukan secara bersamaan dengan mengejar mimpi. Jujur hal ini tidak terlalu mengganggu pikiran pada awalnya, karena aku percaya setiap manusia diciptakan berpasang-pasangan, saat ini mungkin kami masih saling memperbaiki diri masing-masing (Eaaa), tapi ada saja orang yang menanyakan “kapan nikah?” “kapan nyusul?”. Kadang situasi ini akan memberikan pressure jika dipertemukan dengan umur, walaupun aku tahu jika setiap orang memiliki waktunya masing-masing, punya jalan ceritanya masing-masing, sehingga akan tidak masuk akal jika semua proses harus disamakan. Perlu waktu berhenti sejenak untuk mendapatkan kembali pikiran jernih ini, karena saat dalam keadaan tertentu pikiran jernih seringkali kabur yang berakhir dalam rasa cemas dan merasa sudah tertingal dari yang lainnya.

 

Itu tadi sebagian spoiler tentang isi kepalaku saat ini, dimana aku masih berusaha untuk menyelesaikannya secara tenang. Belajar untuk mematangkan emosi, tidak ingin gegabah dan bisa menerima diri sendiri untuk tidak membandingkan kondisi dengan orang lain. Jujur pasti sering terdiam dan berfikir saat melihat teman sudah mencapai mimpinya. Ada rasa “kapan ya waktuku” “kapan aku bisa seperti itu”. Permasalahan waktu juga menjadi momok yang lumayan mengganggu. Aku merasa sedang dikejar waktu untuk segera mencapai semua mimpi, padahal aku tahu dalam hidup setiap orang memiliki waktunya masing-masing. Memiliki garis finishnya sendiri. Hal inilah yang menjadikan kita tidak pernah hidup disaat ini, kita selalu merasa hidup untuk masa depan.

 

Terlalu berfokus pada masa depan terkadang juga membuat kit tidak bisa melihat berkah yang ada saat ini. Aku sering merasa belum bahagia karena hidupku saat ini belum sesuai dengan apa yang aku impikan. Dalam benakku ada bayangan mimpi yang sangat spesifik, dan karena saat ini aku belum mencapai mimpi-mimpi tersebut aku merasa hidupku saat ini belum bahagia. Itulah sebabnya terkadang aku perlu berhenti sejenak.

 

Live in the present. Sering kali mengkhawatirkan masa depan dan berangan-angan tentang apa yang akan terjadi di masa depan hanya akan menyiksa diri sendiri, dan menutupi segala keindahan yang ada saat ini. Kita tidak akan pernah hidup jika hanya mengkhawatirkan masa depan. Aku pernah mendengar sebuah pepatah mengatakan “Hari esok tidaklah nyata. Hari esok adalah ilusi. Satu-satunya realita adalah sekarang”. Walaupun terdengar tidak praktis, tapi ini memang nyata, daripada mengkhawatirkan apa yang akan terjadi esok, akan lebih baik untuk memikirkan langkah-langkah kecil yang bisa dilakukan saat ini untuk hidupku daripada hanya menyiksa diri dengan penderitaan masa lalu atau mengkhawatirkan masa depan.

 

by:pinters

Rezeki, Jodoh, dan Maut sudah ada yang mengatur, tugas manusia hanya untuk berusaha dan berdoa, tapi jangan lupakan hasil dari usaha dan doa yang sudah kita lakukan dimasa lalu yang saat ini sudah kita dapatkan. Bersyukur dengan apa yang ada saat ini, dan tetap melangkah kedepan

 


chocolate, 2022

 


0 komentar

Diberdayakan oleh Blogger.

Hai Chocolate

Pinterest by muslimah  🍀 Hai Chocolate   “Congrats, kamu sudah bisa melewati banyak hal di awal tahun ini” Melewati ya, bukan berarti s...

Translate