Don't Rush

 

Bangun, siap-siap ke kantor, pulang jam 6 sore, ngerjain skripsi, tidur telat, bangun lagi. Dan kembali rutinitas ini berulang. Setiap hari dan akan terus seperti ini. Belum lagi ditambah dengan rasa insecure saat melihat pencapaian teman-teman yang dirasa sangat cepat. Semakin memecut untuk ikut berjalan cepat. Berlari.

Terlahir di sebuah desa yang tenang, dan ramah. Masyarakatnya setiap pagi selalu sempat untuk sekedar lari pagi setelah solat subuh, diiringi dengan cerita-cerita gosip terbaru. Pulang kerumah membawa sayur untuk dimasak sarapan bersama keluarga. Siang hari bercengkrama bersama tetangga, dengan penuh gelak tawa tak lupa juga dengan bumbu-bumbu dalam ceritanya. Tapi itu memang menarik.

Anak-anak bermain tak kenal lelah. Sore hari ibu-ibu membubarkan diri untuk mengurus anak-anak yang akan berangkat TPQ. Suara anak-anak yang mengaji membuat sore menjadi tenang. Malam hari berkumpul dengan keluarga dengan gelak tawa, bercerita tentang hari tadi. Kangen juga suasana itu. Memang rumah itu zona ternyaman, tapi juga zona yang melenakan.

Itu mengapa, untuk saat ini bertahan disini adalah pilihan yang tepat, walaupun dengan segala ke tidak santaiannya. Segala hal yang dirasa harus cepat dan buru-buru. Setiap waktu dirasa harus produktif, harus diisi dengan kegiatan yang memberi dampak positif. 

Semua baru ku sadari 1 tahun yang lalu. Bahwa hidup itu penuh. Banyak hal menarik, hanya saja aku melewatkannya. Melewatkan berbagai tawaran dan ajakan untuk menikmati hidup. Semua baru terasa saat aku ingin cepat, tapi tuhan berkata, “hai santai saja, lihatlah banyak hal menarik di dunia ini”. Walaupun susah memahaminya tapi aku ikuti mauNYA, karena memang tidak bisa berbuat apa-apa.

Ternyata benar, selama ini banyak hal yang aku lewatkan. Aku merasa tidak berisi penuh kemarin, karena aku hanya berfokus ingin selesai, bukan aku ingin memahaminya. Sehingga saat ini aku hanya melewatinya, tapi tidak mengerti apa yang sudah aku lewati. Berjuang dengan keras itu memang diperluakan, tapi jangan lupa “diri mu” butuh kamu juga. Kita butuh memberi “diri” kita makan, perhatian, dan kasih sayang.

Coba beri waktu untuk “diri” kita, coba kita bertanya apakah ini yang memang dia inginkan, apakah ini menyenangkan, apakah ini baik untuk kita lalui bersama, apakah ini layak untuk diperjuangkan. Dalam satu hari terdapat 24 jam, dan semua orang sama. Dalam 1 minggu terdapat 7 hari, semua orang juga sama. Coba sisihkan waktu untuk “diri” kita. Ajak dia bermain.

Tidak semua harus cepat. Tapi semua harus tepat.



 

Chocolate

Malang, 9 September 2021

 

 

0 komentar

Diberdayakan oleh Blogger.

Hai Chocolate

Pinterest by muslimah  🍀 Hai Chocolate   “Congrats, kamu sudah bisa melewati banyak hal di awal tahun ini” Melewati ya, bukan berarti s...

Translate