My Senior Year Of Collage Part 3

Pemandangan di kereta
@titahidayah_1


Hai aku mau lanjut cerita tentang senior year lagi, walaupun cerita ini kayaknya gak nyambung sama part sebelumnya, Goo goo

 

Mahasiswa semester 10

Hal ini gak pernah terbayangkan sebelumnya, harus kuliah sampek semester ini. Masih jelas banget di ingatan ku, kalau aku harus lulus 3,5 tahun. Lulus dengan predikat Cumlaude. Biar bisa membangakan orang tua, biar mereka bahagia. Sumpah masih nyesek nulisnya heheh

Dengan berjalanya waktu jadi lupa sama mimipi itu. Sekarang hanya bersisa penyesalannya

 

Satu tahun yang lalu, di semester 7. Saat itu masih optimis bisa tancap gas buat lulus di semester 8. Namun, pandemi datang. Semua berubah dalam sekejap, adaptasi besar-besaran harus dilakukan. Pandemi tidak hanya berpengaruh pada konsdisi akademik. Banyak yang terpengaruh ekonomi, sosial. Semakin banyak hal baru harus dihadapi. Sampek di semester 8, belum ada perkembangan dalam skripsiku

 

Sempat tersirat dibenakku, betapa hebatnya temanku yang bisa tetap survive dikondisi ini. Skripsi mereka selesai. Tapi kenapa aku gak bisa?

Setelah direnungkan lagi ternyata memang aku gak bisa survive saat itu. Banyak waktu yang aku buang. Pernah gak kalian sedang menghadapi masalah yang akhirnya berpengaruh pada semangat yang turun. Dan inilah kesimpulanku, kenapa selama 1 tahun lalu aku berasa hanya jalan ditempat. Karena aku gak fokus

 

Semester 9 aku balik ke Malang

Aku merasa lebih fokus disini. Disini aku hanya butuh untuk memikirkan diriku sendiri. Persiapan ku sudah sampai setengah untuk skripsiku. Jadi aku optimis bisa selesai disemester ini. Setiap hari aku hanya fokus mengerjakan skripsi. Aku sudah bertekat untuk menjadi anak ambis saat itu

 

Tapi

Allah punya rencananya sendiri.

Ternyata dalam mengerjakan skripsi bukan hanya bergantung dari faktor kita sendiri tapi masih ada faktor lain. Faktor luar yang gak bisa kita kendalikan.

Dimana saat itu semua hal masih dilakukan secara daring. Sistem daring memiliki tujuan yang baik, menekan interaksi yang dapat menyebabkan penularan virus ini. Hal ini memiliki sisi yang baik dan “kurang baik“ juga. Positifnya semua hal bisa berjalan efektif, dari rumah kita bisa asistensi dengan dosen kita. Dan hal yang kurangnya adalah kita hanya bisa menunggu sampai dosen punya waktu, karena tentu saja dosen juga punya segudang tugas yang harus diselesaikan juga. Inilah faktor luar yang gak bisa kita kendalikan

 

Sampai semester 10

Waww

Selama itu banyak teman juga yang sudah selesai, dengan melihat pencapain orang lain dan membandingkan dengan punyaku. Kenapa yang lain bisa cepet ya? Kok aku lama banget ya?

Sampai pada kondisi gak mau main media sosial karena ngerasa insecure. Melihat pencapain orang lain yang tetap produktif dan terlihat lancer. Semua yang mereka lakukan itu benar-benar membuat diriku kecil. Kalau udah kayak gini binggung mau ngapain, hati rasanya berdebar gak tenang.

 

Saat itu rasanya susah banget untuk melangkah. Rasanya gak bisa bergerak kemana-mana. Mau lari dari masalah gak bisa. Tidurpun masih diikuti. Mau ngebut cepet-cepet selesai juga gak bisa, karena “faktor luar itu”. Lama banget sampailah dikondisi yaudah

 

Yaudah memang harus begini

Yaudah meamang gak bisa berlari

Yaudah memang ini pilihan Allah yang aku yankin terbaik untuk ku

Saat inilah aku meraa Allah berperan besar dan penting banget dalam hidupku (padahal setiap saat Allah tentunya berperan besar dalam hidup umatnya). Tapi ya gitu terkadang manusia (me) menyadarinya hanya saat ke susahan aja  

 

Aku merasa saat itu aku sedang diminta untuk fokus pada diriku. Untuk banyak intropeksi diri. Untuk banyak memikirkan siapa sebenarnya aku, apa yang aku mau, apa yang aku butuhkan. Disini aku sadar selama ini aku tipikal orang yang selalu ingin cepat menyelesaiakn suatu hal. Semakin cepat selesai semakin cepat aku bisa istirahat. Tanpa berfikir untuk mengambil nilai dari yang aku kerjakan. Melakukan sesuatu hanya karena itu memang harus dikerjakan tanpa tahu alasan sebenarnya kenapa aku harus mengerjakan itu.

Naif banget kan?

 

naif/na·if/ a 1 sangat bersahaja; tidak banyak tingkah; lugu (karena muda dan kurang pengalaman); sederhana: gambar-gambar -- penuh menghiasi dinding kamarnya; 2 celaka; bodoh; tidak masuk akal: -- nya, kerugian sebanyak itu hanya diganti sepertiga;

 

Ternyata selama ini aku hanya hidup dalam tempurung. Banyak hal yang ternyata aku gak tahu, tapi aku gak sadar kalau aku gak tahu. Bodoh tapi gak sadar kalau bodoh

Inilah cara Allah mengingatkan dan beruntungnya bisa diingatkan

 

Terkesan klasik, tapi saat kondisi tidak bisa melakukan apapun. Dan apapun yang sudah kita usahakan tidak ada hasilnya

Mungkin saat itu kita sedang berada diwaktu yang belum tepat, atau mungkin kita memang sedang salah jalan. Maka hanya satu jalan keluarnya pasrahkan semua usaha kita, mintalah petunjuknya dan pasrahkan semua hasilnya

Saat itulah ketenagan hati datang

Saat hati tenang maka kita bisa melakukan segala hal dengan lebih optimal.

Semangat!!!


Chocolate

Malang, 25 April 2021

 

 


0 komentar

Diberdayakan oleh Blogger.

Hai Chocolate

Pinterest by muslimah  🍀 Hai Chocolate   “Congrats, kamu sudah bisa melewati banyak hal di awal tahun ini” Melewati ya, bukan berarti s...

Translate