Loneliness

 

Pinterest by Monix

People Come and Go, ini kayaknya akan jadi kata yang paling gak aku sukai. Kata yang terdengar nyebelin dan terdengar kayak sok dewasa banget. Namun, berjalannya waktu kata ini menjadi semakin familiar. Seperti yang aku rasakan belakangan ini. Satu minggu yang lalu roommate aku harus kembali ke kota asal for good. Kita sekamar dari Bulan Agustus tahun 2020, kurang lebih sudah 2 tahun kita sekamar. Dari yang awalnya banyak penyesuaian, sampai cuma natap wajah satu sama lain kita udah tau gimana moodnya hari ini, dan bagaimana kita harus menyikapinya. Banyak momen yang kita share bareng di kosan ini, mulai cerita seneng sampai cerita sedih. Sekarang semuanya akan menjadi kenangan yang akan kita tertawakan saat mengingatnya.

 

Pertama kali masuk kamar setelah roommate aku pergi, sepi. Kosong banget space yang biasa dipakai bareng-bareng jadi kelihatan luas dan kosong. Spotify harus nyala terus, entah dengerin musik atau podcast, yang penting kamarku gak sepi, dan ada suara. Telepon ke ibu adalah cara terampuh untuk mengobati feeling lonely. Telepon yang biasanya cuma 10 menit sekarang bisa menjadi 1 jam, kadang sampai terdiam karena kita kehabisan topik. But it work untuk mengatasi rasa sepi saat di kamar.

 

Ibu memberi beberapa cara untuk mengatasi rasa kesepian ini, dengan melakukan aktivitas baru di waktu sebelum dan sesudah bekerja. Seperti berolahraga di pagi hari, dan memasak. Dua kegiatan ini sudah cukup kalau kata ibu. Aku hanya perlu konsisten katanya. Okay i Would try it.

 

Pertama, ibu ku termasuk orang yang konsen terhadap kesehatan. Setiap pagi pasti melakukan absensi, “Hari ini sudah olahraga?” tanyanya. Jawabannya sudah jelas pasti belum, kasur di kamar ini terlalu besar gaya magnetnya. Namun, semenjak aku di kamar sendiri semuanya berubah. Kasur yang nyaman menjadi sedikit “menakutkan” karena aku hanya sendiri. Terlalu sepi. Pagi hari menjadi hari yang aku tunggu. Pergi ke taman di dekat kosan, disana setiap pagi ramai orang berolahraga. Berjalan kecil sampai lari. Kata ibu, ini baik untuk kesehatan dan juga membuatku bisa bertemu dengan orang baru untuk mengatasi perasaan kesepian yang sering aku rasakan saat di kamar sendirian.

 

Setiap aku pergi untuk jogging di taman, aku bisa bertemu dengan banyak orang. Orang-orang yang pergi untuk olahraga dengan tujuannya masing-masing. Seperti aku yang pergi jogging untuk mengatasi perasaan kesepian, aku suka mengamati orang-orang disekitarku. Biasanya untuk kakak-kakak atau ibu-ibu yang memakai jaket parasut dan topi yang melindungi wajah dari terpaan sinar matahari aku akan mengkategorikan sebagai orang-orang yang sedang menjalani hidup sehat untuk membentuk tubuh yang ideal. Mas-mas yang badanya atletis melakukan lari dengan stabil, masuk kategori orang yang hidupnya sudah sehat dan sedang melakukan maintenance untuk tubuhnya. Ada kakek-kakek yang rutin melakukan jogging, dari cara berjalannya sepertinya kakek ini dulu pengidap stroke. Ada juga pasangan couple yang melakukan olahraga bersama, kakak-kakak yang membaca bukunya setelah melakukan olahraga, atau ibu-ibu yang membeli sayuran setelah melakukan jogging. Benar, aku bisa bertemu dan melihat dunia yang lain saat aku mau keluar. Bahkan ada satu kejadian bodoh yang pernah terjadi.

 

Taman ini hanya ada satu track untuk berolahraga, satu track yang dibagi menjadi dua. Sisi kiri untuk jogging atau jalan kaki, track kanan untuk mendahului atau untuk lari. Seperti yang aku katakan aku hanya jogging yang berarti aku disebelah kiri. Saat sedang jogging ada mas-mas yang berjalan mendahuluiku dan setelah mendahului dia kembali ke track jogging persisi di depanku. Tiba-tiba mas itu jatuh tersungkur dan berguling menjadi telentang. Masnya telentang dengan senyum kikuk, terlihat jika dia malu. Sedangkan aku antara kaget dan bingung, kulihat masnya bisa senyum dan baik-baik saja, pastinya dengan senyum itu dia malu. Bodohnya, aku kembali jogging melewati masnya yang sedang telentang. Aku melewatinya seperti tidak terjadi apapun, padahal tadi kami melakukan eye contact. Bahkan aku tidak bertanya keadaanya. Sikapku ini baru aku sadari setelah melewati mas tadi. Bukankah setidaknya aku menunjukan empati untuk bertanya keadaanya. Kejadian seperti ini, pengalaman seperti ini gak mungkin aku dapatkan kalau hanya berdiam diri di kamar. Pengalaman ini bukan pengalaman yang menakjubkan tapi pengalaman di mana aku tahu bahwa ternyata rasa empatiku masih kurang, semoga dengan menyadarinya i could be better.

 

Saran kegiatan kedua dari ibu adalah memasak. Setiap kali kita melakukan panggilan telepon ibu akan bertanya “Sudah makan belum? hari ini mau makan apa?”, dan jawabanku selalu “Gak tau bingung, males keluar”. Akhirnya ibuku menyarankan untuk memasak saja. Ibu tahu kemampuan memasakku masih payah, oleh karena itu ibu menyarankan aku untuk memasak hahah. Memasak dapat mengisi waktuku untuk tidak hanya berdiam diri saat di kamar, dan mampu mengasah skill memasakku. Ada satu kejadian lucu yang terjadi saat aku berbelanja sayur. Jadi hari itu aku scrolling instagram untuk mencari inspirasi menu makan siang. Akhirnya aku menemukan menu makanan yang menggugah seleraku, Ayam Lada Hitam. Pertama aku list bahan-bahan yang harus aku beli. Salah satunya adalah lada hitam, kunci dari masakan kali ini. Aku pergi ke toko serbaguna, dimana menjual sayur, frozen food, berbagai bumbu dapur dan buah-buahan. Aku berkeliling toko untuk mencari lada hitam, namun aku tidak menemukannya. Akhirnyaku tanyakan ke penjaga tokonya.

“Pak apa ada lada hitam?” tanyaku.

“Ada mbak” katanya sambil berjalan untuk mengambilkan lada hitam kepadaku. 

Bay the way, penjaga toko ini baru karena biasanya yang menjaga bukan bapak ini.

“Oh bukan itu pak” kataku, saat bapak tersebut memberikan produk yang berisi butiran-butiran warna hitam dimana tertera Merica Hitam pada labelnya. Saat ini yang aku cari adalah lada hitam dimana yang aku lihat di reels Instagram tadi berwarna hitam dan dalam bentuk bubuk, itulah lada hitam.

“Ha? oh yaudah berarti gak ada mbk” jawab bapak itu.

Yaudah dengan kecewa aku kembali tanpa lada hitam, aku menunda untuk memasak ayam lada hitam. Kembali ke kosan dan bersiap untuk pergi bekerja. Sebelum ke kantor bersama teman kerja, kami pergi ke minimarket. Minimarket ini sangat lengkap hampir mirip super*ndo. Waktunya mencari lada hitam pikirku.

“Em ada lada hitam gak ya disini” tanyaku pada Emma, btw Emma ini suka sekali memasak jadi dia pasti tahu lada hitam.

“Ada ini dia” kata Emma.

“Nah bener” seruku senang, dia memberiku satu botol isi bubuk lada warna hitam, sama persis seperti di video reels yang aku tonton.

“Masak sih tadi aku belanja lada hitam di toko deket kosan, terus malah dikasih merica yang bulat-bulat itu” aduku pada Emma tentang kejadian tadi pagi.

“Yang kayak gini” kata Emma sambil menunjukkan botol berisi butiran-butiran warna hitam.

“Iya bener” seruku. Emma tertawa sambil memegangi perutnya.

“Yaaa baca labelnya” suruh Emma. LADA HITAM.

“Ha bukan, tadi tulisannya merica hitam kok. Tapi bentuknya memang seperti ini” berlaku.

“Kamu tahukan Ladaku Merica Bubuk” kata Emma.

“Oh iya” kataku.

“Astaga lada itu sama kayak merica” kata Emma kesal haha.

“Teru bapaknya marah gak, waktu kamu bilang kalau merica bukan lada?” tanya Emma.

“Bapaknya cuma bilang, Yaudah berarti gak ada mbk” kataku. Emma tambah tertawa lagi.

“Bapaknya udah gak punya tenaga deh kayaknya meladeni keras kepalamu” kata Emma tertawa sambil memegangi perutnya.

Look even hal dasar tentang bumbu dapur saja aku juga belum tahu. Dari kejadian lada hitam itu aku semakin release bahwa kemampuan memasak ku benar-benar payah, dan pengetahuan dapurku juga.

 

Rekomendasi kegiatan dari ibu, membuatku banyak merefleksikan lagi tentang diriku. Aku seperti berkenalan dengan diriku sendiri, dan ternyata banyak hal yang belum aku ketahui tentang aku. Setelah beberapa hari ini melakukan banyak hal sendiri, aku seperti menyadari kehadiran diriku, mengetahui sisi terdalam dari diriku, mungkin saat bersama orang lain aku merasa bisa bersandar dan bergantung pada orang lain, sehingga tidak sadar dengan diriku sendiri.

 

Rasa loneliness ini ternyata bisa memberikan hal baik juga ya

Dengan sendiri, aku tahu potensi dan kekuranganku yang lainnya. Berani mencoba berbagai hal baru dan keluar dari zona nyaman, untuk diriku yang suka dengan kenyamanan dan sulit keluar darinya memang harus dibenturkan terlebih dahulu aku rasa. Setelah mengalami rasa loneliness dan berhasil melewatinya dengan mengisi berbagai aktivitas, rasanya kesepian itu semakin abstrak. 

Sebenarnya kesepian itu apa?

Apakah sendiri termasuk ciri dari kesepian?

 

Berdasarkan hasil penelitian Yuhana (2010) diketahui bahwa terdapat hubungan yang negatif antara keterbukaan diri terhadap kesepian pada mahasiswa perantau yang tinggal di tempat kost. Keterbukaan diri memberi sumbangan relatif sebesar 21,1 % terhadap kesepian. Apabila keterbukaan diri semakin tinggi maka akan diikuti dengan kesepian yang rendah, begitu pula sebaliknya. Penelitian ini menjelaskan bahwa keterbukaan diri dapat mempengaruhi munculnya perasaan kesepian secara internal. 

 

Pantesan beberapa temanku yang tinggal sendiri sering merasa kesepian setiap weekend, bingung apa yang harus dilakukan. Hal ini berbeda dengan temanku yang tinggal bersama keluarga, mereka cenderung santi bahkan saat weekend mereka tidak memiliki agenda. Begitu pula denganku, waktu tinggal bersama roommate aku merasa biasa saja walaupun weekend tidak memiliki agenda tapi ternyata setelah tinggal sendiri aku relate dengan teman-temanku yang lain. Saat ada orang disekelilingku aku bisa merasa aman, namun saat berdiam diri dalam satu ruangan sendiri aku akan merasa kesepian dan terasingkan.

 

Kesepian merupakan kegelisahan subjektif yang dirasakan seseorang ketika hubungan sosialnya kehilangan ciri-ciri pentingnya. Hilangnya ciri-ciri tersebut bisa bersifat kuantitatif, yaitu individu tidak mempunyai teman atau hanya mempunyai sedikit teman, maupun yang bersifat kualitatif yaitu individu merasa bahwa hubungan yang dijalin dangkal atau kurang memuaskan dibandingkan dengan harapan individu (Endang & Nailul, 2010). Menurut Robert Weiss dalam (David O. Searts, Jonathan L. Freedman & L. Anne Peplau, 1985) membedakan dua tipe kesepian, berdasarkan hilangnya ketetapan sosial tertentu yang dialami oleh seseorang :

a.                   Emotional Loneliness (kesepian emosional) timbul dari ketiadaan figur kasih sayang yang intim, seperti yang bisa diberikan oleh orang tua kepada anaknya atau yang bisa diberikan tunangan atau teman akrab kepada seseorang. 

b.                  Social Loneliness (kesepian sosial) terjadi bila orang kehilangan rasa terintegrasi secara sosial atau terintegrasi dalam suatu komunikasi, yang bisa diberikan oleh sekumpulan teman atau rekan kerja. Jadi, kesepian terjadi karena ketiadaan figur kasih sayang yang intim, dan kurang lekat dalam menjalin hubungan dengan seseorang, sehingga tidak mempunyai teman dekat untuk berbagi.

 

Berbagai hasil penelitian mengatakan bahwa rasa kesepian bisa berdampak pada hal yang lebih serius lagi. Orang yang terus menerus merasa kesepian lebih mudah merasa lelah, insecure, mengalami gangguan tidur, mengalami kecemasan yang berlebihan, hingga lebih berisiko jatuh ke dalam depresi. Cerita yang aku ceritakan diatas mungkin terdengar remeh, tapi setelah aku lakukan hal itu memberikan dampak yang besar untukku. Satu aku bisa mengisi waktu, saat waktu digunakan dengan baik, pikiranku tidak diisi oleh rasa kesendirian dan fokus pada apa yang dikerjakan. Saat keluar aku melihat dan bisa bertemu dengan berbagai orang baru, dimana kita bisa mengamati orang-orang ini dengan berbagai kondisi mereka, terkadang bisa menjadikan diriku untuk lebih bersyukur, dan menyadari berkah yang sudah aku dapatkan. Menambah wawasan baru, belajar banyak hal baru, dan juga memiliki kesempatan untuk mengenal diri sendiri. Saat sendiri kita akan memfokuskan perhatian pada diri sendiri, bergantung pada diri sendiri dan akhirnya kita menjadi tahu seperti apa sebenarnya diri kita. Apa yang kurang, yang harus dikembangkan dan apa yang harus dihilangkan.

 

Sejatinya manusia memang makhluk sosial, yang memiliki ketertarikan untuk berhubungan dengan orang lain. Sejalan dengan pertumbuhan dan perkembangannya individu memiliki kebutuhan sosial yang semakin rumit dan beraneka ragam. Keinginan untuk berada dekat dengan orang lain, memberikan seseorang kegembiraan, memperoleh pertolongan, menjalin keakraban, berbagi kesenangan, mendapatkan pujian dan sebagainya. Jadi jika saat ini kita merasa kesepian dan butuh orang lain itu wajar, tidak perlu dihindari cukup diterima dan disadari. Selanjutnya, bisa memulai dengan mengenal diri sendiri untuk akhirnya menentukan lingkungan sosial yang sesuai. Saat ini aku juga masih banyak belajar untuk menempatkan diri dalam lingkungan sosial. Masih menjadi PR yang harus dikerjakan dan  melakukan trial and error.

But let’s try it together




Chocolate

February, 14 2020 (Valentine Day)

0 komentar

Diberdayakan oleh Blogger.

Hai Chocolate

Pinterest by muslimah  🍀 Hai Chocolate   “Congrats, kamu sudah bisa melewati banyak hal di awal tahun ini” Melewati ya, bukan berarti s...

Translate