- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Pemandangan di kereta @titahidayah_1 |
Hai aku mau lanjut cerita tentang senior year lagi, walaupun cerita ini kayaknya gak nyambung sama part sebelumnya, Goo goo
Mahasiswa semester 10
Hal ini gak pernah
terbayangkan sebelumnya, harus kuliah sampek semester ini. Masih jelas banget
di ingatan ku, kalau aku harus lulus 3,5 tahun. Lulus dengan predikat Cumlaude.
Biar bisa membangakan orang tua, biar mereka bahagia. Sumpah masih nyesek
nulisnya heheh
Dengan berjalanya waktu
jadi lupa sama mimipi itu. Sekarang hanya bersisa penyesalannya
Satu tahun yang lalu, di
semester 7. Saat itu masih optimis bisa tancap gas buat lulus di semester 8.
Namun, pandemi datang. Semua berubah dalam sekejap, adaptasi besar-besaran
harus dilakukan. Pandemi tidak hanya berpengaruh pada konsdisi akademik. Banyak
yang terpengaruh ekonomi, sosial. Semakin banyak hal baru harus dihadapi.
Sampek di semester 8, belum ada perkembangan dalam skripsiku
Sempat tersirat
dibenakku, betapa hebatnya temanku yang bisa tetap survive dikondisi ini. Skripsi mereka selesai. Tapi kenapa aku gak
bisa?
Setelah direnungkan lagi
ternyata memang aku gak bisa survive
saat itu. Banyak waktu yang aku buang. Pernah gak kalian sedang menghadapi
masalah yang akhirnya berpengaruh pada semangat yang turun. Dan inilah
kesimpulanku, kenapa selama 1 tahun lalu aku berasa hanya jalan ditempat. Karena
aku gak fokus
Semester 9 aku balik ke
Malang
Aku merasa lebih fokus
disini. Disini aku hanya butuh untuk memikirkan diriku sendiri. Persiapan ku
sudah sampai setengah untuk skripsiku. Jadi aku optimis bisa selesai disemester
ini. Setiap hari aku hanya fokus mengerjakan skripsi. Aku sudah bertekat untuk
menjadi anak ambis saat itu
Tapi
Allah punya rencananya
sendiri.
Ternyata dalam
mengerjakan skripsi bukan hanya bergantung dari faktor kita sendiri tapi masih
ada faktor lain. Faktor luar yang gak bisa kita kendalikan.
Dimana saat itu semua
hal masih dilakukan secara daring. Sistem daring memiliki tujuan yang baik,
menekan interaksi yang dapat menyebabkan penularan virus ini. Hal ini memiliki
sisi yang baik dan “kurang baik“ juga. Positifnya semua hal bisa berjalan
efektif, dari rumah kita bisa asistensi dengan dosen kita. Dan hal yang
kurangnya adalah kita hanya bisa menunggu sampai dosen punya waktu, karena
tentu saja dosen juga punya segudang tugas yang harus diselesaikan juga. Inilah
faktor luar yang gak bisa kita kendalikan
Sampai semester 10
Waww
Selama itu banyak teman
juga yang sudah selesai, dengan melihat pencapain orang lain dan membandingkan
dengan punyaku. Kenapa yang lain bisa cepet ya? Kok aku lama banget ya?
Sampai pada kondisi gak
mau main media sosial karena ngerasa insecure.
Melihat pencapain orang lain yang tetap produktif dan terlihat lancer. Semua
yang mereka lakukan itu benar-benar membuat diriku kecil. Kalau udah kayak gini
binggung mau ngapain, hati rasanya berdebar gak tenang.
Saat itu rasanya susah
banget untuk melangkah. Rasanya gak bisa bergerak kemana-mana. Mau lari dari
masalah gak bisa. Tidurpun masih diikuti. Mau ngebut cepet-cepet selesai juga
gak bisa, karena “faktor luar itu”. Lama banget sampailah dikondisi yaudah
Yaudah memang harus
begini
Yaudah meamang gak bisa
berlari
Yaudah memang ini
pilihan Allah yang aku yankin terbaik untuk ku
Saat inilah aku meraa
Allah berperan besar dan penting banget dalam hidupku (padahal setiap saat
Allah tentunya berperan besar dalam hidup umatnya). Tapi ya gitu terkadang
manusia (me) menyadarinya hanya saat ke susahan aja
Aku merasa saat itu aku
sedang diminta untuk fokus pada diriku. Untuk banyak intropeksi diri. Untuk
banyak memikirkan siapa sebenarnya aku, apa yang aku mau, apa yang aku
butuhkan. Disini aku sadar selama ini aku tipikal orang yang selalu ingin cepat
menyelesaiakn suatu hal. Semakin cepat selesai semakin cepat aku bisa
istirahat. Tanpa berfikir untuk mengambil nilai dari yang aku kerjakan.
Melakukan sesuatu hanya karena itu memang harus dikerjakan tanpa tahu alasan
sebenarnya kenapa aku harus mengerjakan itu.
Naif banget kan?
naif/na·if/ a 1 sangat
bersahaja; tidak banyak tingkah; lugu (karena muda dan kurang pengalaman);
sederhana: gambar-gambar -- penuh menghiasi dinding kamarnya; 2 celaka;
bodoh; tidak masuk akal: -- nya, kerugian sebanyak itu hanya diganti
sepertiga;
Ternyata selama ini aku
hanya hidup dalam tempurung. Banyak hal yang ternyata aku gak tahu, tapi aku
gak sadar kalau aku gak tahu. Bodoh tapi gak sadar kalau bodoh
Inilah cara Allah mengingatkan
dan beruntungnya bisa diingatkan
Terkesan klasik, tapi
saat kondisi tidak bisa melakukan apapun. Dan apapun yang sudah kita usahakan
tidak ada hasilnya
Mungkin saat itu kita
sedang berada diwaktu yang belum tepat, atau mungkin kita memang sedang salah
jalan. Maka hanya satu jalan keluarnya pasrahkan semua usaha kita, mintalah
petunjuknya dan pasrahkan semua hasilnya
Saat itulah ketenagan hati datang
Saat hati tenang maka kita bisa melakukan segala hal dengan lebih optimal.
Semangat!!!
Chocolate
Malang, 25 April 2021
Komentar
Posting Komentar