Pindahan Setelah 9 Tahun

 Hallo all

Setelah 9 tahun menetap di Malang, akhirnya aku pindah juga. Sebenarnya sudah sejak lama timbul pertanyaan “Sampai kapan aku bakal tetap di kota ini ya?” “Jangan-jangn jodoh w orang sini” (Kidding, but who knows). Akhirnya pertanyaan itu terjawab 27 Februari 2025 aku pindah dari kota ini.


Bisa dikatakan pindahan ini sangat mendadak, karena sebenarnya aku masih berencana untuk melanjutkan di kota ini sampai 2 bulan lagi. Tapi karena kondisi kerja yang memungkinkan untuk Work From Anywhere (WFA), sepertinya lebih baik untuk bekerja dari rumah saja. Keputusan ini sangat didukung oleh ibu ku. Untuk masalah packing sampai barang dikirim hanya memerlukan waktu satu hari. Dimulai tanggal 26 Februari 2025 mulai packin semua barang-barang, tanggal 27 Februari 2025 jam 2 aku sudah meninggalkan kota ini.


Gila juga ya, anak yang dulu dikhawatirkan saat mau berangkat merantau, yang tidurnya masih bareng ibunya ternyata bisa merantau selama itu, sembilan tahun. Awal-awal ngekos tiap pagi pasti melow kangen rumah, bawaanya sedih gak jelas. Lama kelamaan jadi merasa betah banget di kosan sampai karena ada adaptasi baru di rumah yang sedikit perlu diusahakan jadi merasa “malas pulang”, lalu sampai juga pada tahap setiap bulan minimal harus pulang 1 kali, dan kalau mau balik merantau jadi makes karena ternyata rumah itu jadi nyaman lagi.


Bisa dikatakan masa mudaku terbentuk di kota ini. Banyak hal yang aku pelajari disini. Mulai dari cara beradaptasi, bergaul dengan orang-orang dengan latar belakang berbeda, mengatur keuangan, mengurus diri sendiri saat sakit. Aku punya cerita yang membekas banget kalau bahas tentang sakit saat merantau. Sebenarnya aku termasuk anak yang manja kalau sakit, gak bisa minum obat kalau enggak dihaluskan. Dulu aku sering nakal dengan membuang obat ku ke jendela jika disuruh minum obat.Tapi disini kalau aku sakit gak ada orang yang bakal ngurus dan bisa aku minta untuk selalu merawatku seperti ibuku kalau di rumah, jadi mau tidak mau harus cepat sembuh. Dari situlah aku ingat belajar minum obat maag tanpa dihaluskan. Akhirnya sampai sekarang aku bisa minum obat maag walaupun sedikit drama kecil. dikit aja.


Sejak merantau aku juga pernah pergi ke dokter sendiri, sebenarnya aku punya banyak teman yang bisa menemani tapi kadang waktunya tidak sesuai, karena waktu itu sedikit parno dengan sakit yang kualami jadi ingin cepat-cepet diperiksanan. Akhirnya berangkatlah aku sendiri, walaupun di perjalanan sempet merana dan membandingkan kalau di rumah pasti ditemani kalau ke dokter. Semenjak itu aku bisa pergi tambal gigi berluabang sendiri tanpa ditemani.


Selain itu juga aku belajar untuk mengatasi masalah sendiri tanpa membuat orang rumah khawatir. Terutama kalau lagi sakit kayak gak usah dikasih tahu orng rumah. Takutnya kita sudah sehat mereka masih kepikiran. Jadi sebisa mungkin buat gak ngasih tahu walaupun sulit ya, karena setiap hari pasti telefon orang tua. Pasti kalau ditanya 

“Lagi di mana?”

pasti mau gak mau jawab jujur “lagi di kosan”

“Kenapa kok gak kerja?”

Ini pertanyaan jebakan yang sudah tahu ujungnya kemana. Tapi sebisa mungkin semua jawaban sebisa mungkin menenangkan. 


Wahh kalau cerita pengalaman rantau kayaknya gak akan ada habisnya ya. Masih banyak yang mau diceritakan untuk nantinya bisa aku baca lagi. Sepertinya akan aku ceritakan lagi di postingan lainnya. 



Ps: Beberapa foto gak begitu relate sama cerita ini tapi foto ini diambil pas awal-awal nyampe Malang



Foto waktu main ke kafe sawah

Foto Universitas Brawijaya dari lantai 3 kosan

Foto gedung dekanat teknik dari kelas



Foto paling gemes dapat dari teman waktu aku lagi sakit, harusnya hari itu kita nugas bareng kalau gak salah 💖

Foto Bundaran Universitas Brawijaya di Malam Hari





Komentar