LO LO, GUA GUA


Hidupku Standarku

Liburan semester ganjil hanya satu bulan. Itupun gak full libur, banyak hal yang harus diurus saat liburan. Terutama magang atau PKN. Aku PKN di PT Indra Karya Malang. Dan dapat tawaran untuk magang tentang stabilitas atau hidrologi. Sepertinya aku ambil hidrologi

Oke cerita kali ini bukan tentang magang. Tapi tentang pilihan dalam hidup kita. Tentunya saat kita mengambil keputusan terhadapa suatu pilihan, harus berdasarkan pertimbangan yang matang. Pernah sih bahkan sering banget  saat mengambil keputusan kita merasa sudah OKE dan mantap dengan pilihan kita, tapi saat kita pertimbangkan juga pendapat orang lain dalam hal ini adalah pendapat masyarakat sekitar, teman, tetangga, sodara, tukang sayur, tukang becak, mamang bakso, soto, nasi padang ternyata pilihan itu bisa menimbulkan pendapat negatif. Dan kita jadi ragu pada pilihan kita.

Dan salahnya menjadikan pendapat orang lain sebagai syarat utama. Seakan kita membuat hal itu menjadi paling penting. Takut diangap jelek orang lain yang bahkan gak ngerti alasan kita mengambil keputusan tersebut, takut terlihat rendah di mata orang lain, gengsi jika susah.

Pusyiiiing gak sih kalau gitu. Padah yang tahu hidup kita ya diri kita. Gak ada orang yang lebih tahu diri kita dari pada kita sendiri. Lalu kenapa masih saja menggangap omongan orang di luar sana yang gak tahu apa-apa tentang hidup kita sanggat penting. Oke lah bertanya pada orang lain yang lebih mengerti suatu hal / bidang tertentu itu baik. Tapi jangan sampai kita menyusahkan diri kita dengan mengikuti apa mau orang lain. Kita bertanya pada oarang lain tujuannya hanya untuk mengetahuai suatu hal secara mendalam pada orang yang ahli pada bidang itu, melihat sesuatu dari sudut pandang yang lain. Bukan untuk minta dipilihÄ·an pilihan hidup kita. 

Beda orang yang kita tanyai tentu beda juga pendapatnya. Mungkin ada yang sama tapi pasti juga ada yang beda. Gak masalahsih itu malah lebih baik. Kita bisa mendengar suatu hal dari banyak sudut pandang. 

Tapi dari situ juga kita bisa menyimpulkan bahwa setiap orang punya sudut pandang sendiri-sendiri yang bergantung dari pengalaman hidup. Begitu juga dengan kita, kita punya pengalaman  dan kondisi yang berbeda dengan orang lain. Maka apa yang dilakukan orang lain belum tentu cocok untuk kita.

Hal ini bisa jadi indikasi ahwa sebenarnya kita orang yang gak percaya diri. Kita gak percaya terhadap pilihan kita, kemampuan kita. Dan kita gak siap jika mengalami kegagalan karena pilihan kita. Kita takut disalahkan. Maka kita lebih memilih mengikuti pendapat orang lain, dan jika salah maka ada orang yang dapat kita salahkan. Tapi gak semuanya juga alasaannya begini

Jadi setiap orang punya standar sendiri dalam hidupnya. Jangan buat satandar orang lain dalam hidup kita. Kita punya standar hidup kita sendiri. Ini ada suatu contoh kalau misal ada si A yang usia 25 tahun sudah punya perusahaan besar, dan semua orang di dunia ini mengeluh eluhkan bahawa si A adalah contoh yang baik, bahwa si A adalah orang sukses dan bahagia, si A adalah role model yang bagus. Semnetara si B usia 27 masih baru memulai bisnis dan sering mengalami kegagalan dalam bisnisnya. Lalu haruskah si B merasa dirinya orang yang gagal, orang yang paling menderita. Karena semua orang menggangap bahwa orang sukses dan bahagia adalah orang yang di usiannya 25 tahun sudah punya perusahaan seperti si A. Haruskah itu?

Tentunya enggak kan, karena perjalanan hidup si A dan si B tentu berbeda cobaan, rintangan dan tantangaan mereka berbed,kondisinya berbeda. Jadi stop merasa minder dan rendah diri. Semua punya jalannya masing-masing. Tetap berjuang dan lakukan usaha yang baik dengan semaksimal mungkin.

Dan harus di ingat hidup kita gak akan selamanya di dunia ini. Kita masih harus menyiapkan bekala untuk kehidupan yang lebih baik dan kekal kelak di akhirat.


*hanya untuk menginggatkan diri sendiri, supaya melakukannya :)

Chocolate
06:27
Malang, 15 Januari 2018

Komentar